(Kajian Terminologi Dan Implementasinya)
MAKALAH
Dipresentasikan Dalam Mata Kuliah Ilmu Tauhid
Semester Genap 2012
Dosen Pembimbing : Drs.H.AH.Choiron,M Ag.

Disusun oleh :
1.Aziz Noor Fahrudin 111101
2.Anik Suryani 111102
3.Rini Ismala Sari 111103
4.Nailin Ni’mah 111115
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PAI
2012
A. Pendahuluan
Semua ajaran pokok agama islam (usuluddin)
tercakup dalam al-qur’an dan sebagai penunjang adalah sunnah. Demikian pula
tentang iman kepada Allah, yang intinya adalah beriman kepada ke-Esaan Allah
(tauhid).
Tauhid menjadi landasan dasar dan inti ajaran
islam yang membedakan manusia menjadi muslim atau kafir. jika manusia mengerti
makna tauhid, maka akan membuat manusia dapat menghindari setiap bentuk
keingkaran.
Allah berfirman:
وهو الذي خلق اليل والنهار ولشمس والقمكر كل في فلك يسبحون
Artinya :
dan dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahar dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar didalam garis edarnya.. Qs.Al-Anbiya’:
33
Pembahasan masalah tauhid cukup luas tetapi
dalam makalah ini akan membahas lebih fokus persoalan tauhid rububiyah dan
tauhid uluhiyah mengenai kajian terminologi serta implementasinya.
B. Permasalahan
Berdasarkan pendahuluan diatas dapat ditarik
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Kajian Terminologi Tauhid Uluhiyah
Dan Tauhid Rububiyah?
2. Bagaimana Fitrah Manusia Mengakui Rububiyah
Allah?
3. Bagaimana Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah
Dapat Membentuk Karakter Manusia ?
4. Bagaimana Implementasi Tauhid Rububiyah Dan
Tauhid Uluhiyah?
C. Pembahasan
1. Kajian Terminologi Tauhid Uluhiyah Dan Tauhid Rububiyah
a)
Tauhid Rububiyah
Secara etimologis kata rabb sebenarnya mempunyai banyak arti, antara lain menumbuhkan,
mengembangkan, mendidik, memelihara, memperbaiki, menanggung, mengumpulkan,
mempersiapkan, memimpin, mengepalai, dan menyelesaikan. Dalam kaitannya dengan
pembahasan tauhid rububiyah dapat dijelaskan bahwa kata rububiyah berasal dari
kata rabb, yaitu zat yang
menghidupkan dan mematikan. [1]
Tauhid rububiyah sebagai bentuk keyakinan
manusia bahwa Allah itu Esa dalam penciptaan, Pemberian rezeki, dan penguasaan
atas makhluk-makhluknya. Kenyataan alam
secara keseluruhan menjelaskan tentang hakikat tauhid rubbubiyah. Hal ini dapat
kita amati dari fenomena mekarnya bunga serta tanaman yang hidup, tumbuh
membesar, berbunga, dan berbuah. Fenomena memancarnya air dari dalam tanah,
mengalir melalui sungai-sungai, menyatu di lautan, menguap menjadi awan, dan
turun lagi ke tanah setelah ditiup angin. Semua itu tidak lain sebagi bukti
empiris rububiyah.
b)
Tauhid Uluhiyah
Kata uluhiyah diambil dari akar kata llah
yang berarti: Yang Disembah dan Yang Ditaati. Makna tauhid uluhiyah adalah
sebuah keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya zat yang memiliki dan
menguasai langit, bumi dan seisisnya, satu-satunya yang wajib ditaati dan yang
menentukan segala aturan serta yang melindungi. Untuk
sembahan yang hak terlihat misalnya dalam firman Allah swt:
الله
ﻻٳلھ ٳﻻهو الحى القيوم
“Dia-lah Allah yang tiada Tuhan selain Dia. Yang Hidup Kekal bagi
terus menerus mengurus urusan makhluk-Nya...” (Al-Baqarah: 225)[2]
Tauhid uluhiyah mengandung konsekuensi-konsekuensi tertentu bagi
orang-orang yang beriman. Orang kafir menolak keyakinan ini karena mereka tidak
mau menerima konsekuensi logis dari
keyakinan tesebut. Keyakinan uluhiyah
menuntut totalitas dalam mengabdi kepada Allah Swt, dengan segenap
aktivitas kita. Ibadah harus kita
lakukan dengan khusyuk hanya mengharap
ridho Allah. Kita memakan rezeki hanya berharap keberkahan dari-Nya. Kita tidak
sekali-kali berusaha mencari pemecahan
dengan sesuatu yang tidak diridai Allah SWT.[3]
Urgensi tauhid uluhiyah
La ilaha illallah, lambang tauhid uluhiyah.Kalimat itu
dinamakan kalimat tauhid/ ikhlas/ taqwa. Kalimat agung ini mengandung penafian/
peniadaan ketuhanan pada apa saja selain allah dan itsbat/ penetapan ketuhanan
untuk allah semata. Oleh karena itu la ilaha illallah merupakan kalimat yang
paling benar dan paling utama. Dalam hadist shahih disebutkan bahwa nabi saw
bersabda:
افضل ماقلته انا والنبيون قبلى ﻻ ٳله ٳﻻ الله
"Seutama-utama apa yang aku ucapkan dan diucapkan oleh
para nabi sebelumku adalah la ilaha illallah".[4]
Asyhaduallailahaillallah wa
ashaduannamuhammadurrasulullah, merupakan wujud syi’ar islam untuk memasuki gerbang
islam. Pernyataan tauhid ini menjadi syi’ar harian saat shalat fardlu dan
adzan/iqamat. Jika ia hidup di dunia sesuai dengan yang telah ditentukan lalu
tibalah kematian menjemputnya dan diiringi dengan kalimat tauhid Lailaha
Illallah.
2. Fitrah Manusia Mengakui Rububiyah Allah
Berikrar dan mengakui akan
Rububiyyah Allah adalah suatu perkara yang dapat diterima. Hakikat ini
terlintas dalam setiap fitrah manusia. Iman terhadap rububiyah Allah artinya mengimani bahwa
Allah semata sebagai Rabb, tidak ada sekutu bagi-Nya. Meskipun seseorang itu kafir, namun jauh di
lubuk hatinya tetap mengakui Rububiyyah Allah SWT. Firman Allah SWT:
ولئن سا لتهم من خلقهم
ليقو لن لله فا ني يؤ فكون
“Dan jika kamu bertanyakan mereka tentang: Siapakah pencipta mereka? Nescaya mereka menjawab: Allah.” (Az-Zukhruf: 87)
“Dan jika kamu bertanyakan mereka tentang: Siapakah pencipta mereka? Nescaya mereka menjawab: Allah.” (Az-Zukhruf: 87)
ولئن سالتهم من خلق السموت
واﻼرض ليقولن خلقهن العزيزالعليم
“Dan jika kamu bertanyakan mereka tentang: Siapakah pencipta
langit dan bumi? Nescaya mereka menjawab: Semuanya diciptakan oleh Yang
Maha Perkasa dan Yang Maha Mengetahui.”(Az-Zukhruf: 9)
Tidaklah susah untuk
membuktikan Rububiyyah Allah SWT. Fitrah setiap insan adalah buktinya. Tidak pernah diketahui ada
seorang pun di antara manusia ini yang mengingkari rububiyah Allah yang maha
suci kecuali karena faktor kesombongan dan tidak dilandaskan dengan keyakinan
atas apa yang di ucapkannya. Jika fitrah manusia bersih dari sombong, keras
hati dan selaput-selaput yang menutupinya, maka secara spontan manusia akan
terus menuju kepada Allah tanpa bersusah payah untuk melakukan pilihan. Secara langsung lidahnya akan menyebut Allah dan meminta
pertolongan daripada-Nya.
3. Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah Dapat Membentuk
Karakter Manusia
Dalam mengenal allah manusia memiliki nilai tambah untuk
membentuk karakter. Diantaranya sebagai berikut:
ü
Istiqamah di jalan allah
ü
Stabil dan optimis
ü
Berani dan tidak pengecut
ü
Hidup penuh berkah
وجحدوابها واستيقنها
انفسهم ظلما وعلوا فانظر كيف كان عا قبۃ المفسدين
“Dan mereka mengingkarinya kerana kezaliman dan kesombongan
(mereka) pada hal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.”(An-Naml: 14)
Pada dasarnya manusia, apabila berada di saat-saat
genting, tidak akan terfikir dan terlintas sesuatu di hatinya kecuali Allah
saja. Ketika itu segenap perasaan dan fikirannya dipusatkan kepada Allah
semata-mata. Sesungguhnya permasalahan mengenai
kewujudan Allah adalah mudah, jelas, terang dan nyata. Kewujudan Allah terbukti
dengan dalil yang banyak.Banyak dalil
menunjukkan bahwa Allah itu Maha Esa dan tiada sesuatu menyamai Allah dari segi
Rububiyyah. Di Antaranya:
a)
Semua
benda di alam ini, daripada sekecil-kecilnya hinggalah sebesar-besarnya,
menyaksikan bahawa Allah itu adalah Rabb al-’Alamin. Dia berhak ke atas semua
kejadian di alam ini.
b)
Susunan
alam yang mengkagumkan, indah dan tersusun rapi adalah bukti Allah Maha
Pencipta. Jika alam boleh berkata-kata, dia akan menyatakan bahwa dirinya
makhluk ciptaan Allah. Orang yang berakal waras akan berkata bahawa alam ini
dijadikan oleh satu Zat Yang Maha Berkuasa, iaitu Allah. Tidak ada orang yang
berakal waras akan menyatakan bahawa sesuatu itu boleh berlaku dengan sendiri.
4.
Implementasi Tauhid Rububiyah Dan Tauhid Uluhiyah
Seperti yang
telah dinyatakan di atas, Tauhid al-Rububiyyah ialah mengakui keesaan Allah
sebagai Rabb, Tuan, Penguasa, Pencipta dan Pengurnia secara mutlak. Tidak ada
sekutu bagi-Nya di dalam Rububiyyah. Kesanggupan dan kesediaan manusia mentauhidkan Allah dari
segi Rububiyyah dengan segala pengertiannya akan menghubung atau menyebabkan
manusia mengakui Tauhid al-Uluhiyyah iaitu mengesakan Allah dalam pengabdian. Secara spontan pula manusia akan
mengakui bahawa Allah sahaja layak disembah, selain daripada-Nya tidak layak
disembah walau dalam apa bentuk sekalipun.
Penemuan-penemuan dalam bidang sains
dan teknologi mengenai alam buana, atom, manusia, tumbuh-tumbuhan dan pelbagai
bidang industri telah berjaya menyingkap keindahan dan ketelitian ciptaan
Allah. Penemuan-penemuan dan rekaan-rekaan baru itu menguatkan lagi ajaran
aqidah tauhid dan meneguhkan lagi keimanan orang-orang mu’min. Hasil-hasil
kajian itu menunjukkan kebesaran dan keluasan kudrat serta ilmu Allah.
Sesungguhnya di sebalik kehalusan ciptaan dan keindahan sistem sejagat ini
pasti ada Penciptanya Yang Maha Basar dan Maha Berkuasa.[6]
D. Analisa
Dari pembahasan
diatas, bahwa permasalahan yang muncul dari judul makalah ini dapatdikembalikan
pada dua pokok utama tauhid yaitu rububiyah dan uluhiyah. Sebagai gambarannya
sudah dijelaskan pada bab pembahasan.
Sering kita
jumpai berbagai masalah yang berkaitan dengan ketauhidan. Misalnya,
peremasalahan mengenahi pengingkaran
terhadap rububiyah, uluhiyah. Hal tersebut diharapkan bisa diatasi dengan
tauhid yakni uluhiyah, rububiyah.
E. Kesimpulan
Bagaimana kajian terminologi tauhid rububiyah
dan tauhid uluhiyah
Tauhid rububiyah berarti: “percaya bahwa hanya Allah-lah
satu-satunya Pencipta, Pemilik, Pengendali alam raya yang dengan takdir-Nya ia
menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya. Tauhid
uluhiyah adalah sebuah keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya zat yang
memiliki dan menguasai langit, bumi dan seisisnya, satu-satunya yang wajib
ditaati dan yang menentukan segala aturan serta yang melindungi.
Bagaimana Fitrah Manusia Mengakui Rububiyah
Allah?
Berikrar dan mengakui akan Rububiyyah Allah adalah suatu perkara
yang dapat diterima. Hakikat ini terlintas dalam setiap fitrah manusia. Iman terhadap rububiyah Allah artinya
mengimani bahwa Allah semata sebagai Rabb, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Bagaimana Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah
Dapat Membentuk Karakter Manusia ?
Dalam mengenal allah manusia memiliki nilai
tambah untuk membentuk karakter sebagai berikut:
ü
Istiqamah di jalan allah
ü
Stabil dan optimis
ü
Berani dan tidak pengecut
ü
Hidup penuh berkah
ü Ikhlas beramal dan tidak mudah putus asa
Bagaimana Implementasi Tauhid Rububiyah Dan
Tauhid Uluhiyah?
Kesanggupan dan kesediaan manusia mentauhidkan Allah dari
segi Rububiyyah dengan segala pengertiannya akan menghubung atau menyebabkan
manusia mengakui Tauhid al-Uluhiyyah yaitu mengesakan Allah dalam pengabdian. Penemuan-penemuan
dalam bidang sains dan teknologi mengenai alam buana, atom, manusia,
tumbuh-tumbuhan dan pelbagai bidang industri telah berjaya menyingkap keindahan
dan ketelitian ciptaan Allah. Penemuan-penemuan
dan rekaan-rekaan baru itu menguatkan lagi ajaran aqidah tauhid dan meneguhkan
lagi keimanan orang-orang mu’min. Hasil-hasil kajian itu menunjukkan kebesaran
dan keluasan kudrat serta ilmu Allah.
F. Penutup
Demikianlah
makalah yang dapat kami presentasikan. Kesempurnaan hanya milik allah swt serta
kekurangan adalah milik kita semua, termasuk dalam penyusunan makalah ini.
Kritik dan saran senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
dlam keilmuan kita. Amin.....
G. Refrensi
Sri Indah, 2011, Modul Aqidah Akhlaq,
Kudus
Buku ijo
Roli Abdurrahman,2007, Menjaga Aqidah Dan
Akhlaq, PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri: Solo
Yusuf Qardhawy, 1998, Hakikat Tauhid Dan
Fenomena Kemusyikan, Robbani Press: Jakarta,
Abdul Karim
Zaidan, Usul Ad-Da’wah. At-Ta’rif Press.1996,
Ibrahim Abdurrahman, 1998, Pengantar Studi Aqidah Islam, Robbani
Press: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar