Sabtu, 18 April 2015

TAUHID RUBUBIYAH DAN ULUHIYYAH

(Kajian Terminologi Dan Implementasinya)

MAKALAH

Dipresentasikan Dalam Mata Kuliah Ilmu Tauhid
Semester Genap 2012

Dosen Pembimbing : Drs.H.AH.Choiron,M Ag.







Disusun oleh :
1.Aziz Noor Fahrudin                111101
2.Anik Suryani                          111102
3.Rini Ismala Sari                       111103
4.Nailin Ni’mah                         111115





SEKOLAH  TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PAI
2012




A. Pendahuluan
Semua ajaran pokok agama islam (usuluddin) tercakup dalam al-qur’an dan sebagai penunjang adalah sunnah. Demikian pula tentang iman kepada Allah, yang intinya adalah beriman kepada ke-Esaan Allah (tauhid).
Tauhid menjadi landasan dasar dan inti ajaran islam yang membedakan manusia menjadi muslim atau kafir. jika manusia mengerti makna tauhid, maka akan membuat manusia dapat menghindari setiap bentuk keingkaran.
Allah berfirman:  
وهو الذي خلق اليل والنهار ولشمس والقمكر كل في فلك يسبحون
Artinya :  dan dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahar dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar didalam garis edarnya.. Qs.Al-Anbiya’: 33
Pembahasan masalah tauhid cukup luas tetapi dalam makalah ini akan membahas lebih fokus persoalan tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah mengenai kajian terminologi serta implementasinya.

B. Permasalahan
Berdasarkan pendahuluan diatas dapat ditarik permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana Kajian Terminologi Tauhid Uluhiyah Dan Tauhid Rububiyah?
2.      Bagaimana Fitrah Manusia Mengakui Rububiyah Allah?
3.      Bagaimana Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah Dapat Membentuk Karakter Manusia ?
4.      Bagaimana Implementasi Tauhid Rububiyah Dan Tauhid Uluhiyah?

C. Pembahasan
1.      Kajian Terminologi Tauhid Uluhiyah Dan Tauhid Rububiyah
a)      Tauhid Rububiyah
Secara etimologis kata rabb sebenarnya mempunyai banyak arti, antara lain menumbuhkan, mengembangkan, mendidik, memelihara, memperbaiki, menanggung, mengumpulkan, mempersiapkan, memimpin, mengepalai, dan menyelesaikan. Dalam kaitannya dengan pembahasan tauhid rububiyah dapat dijelaskan bahwa kata rububiyah berasal dari kata rabb, yaitu zat yang menghidupkan dan mematikan. [1]
Tauhid rububiyah sebagai bentuk keyakinan manusia bahwa Allah itu Esa dalam penciptaan, Pemberian rezeki, dan penguasaan atas makhluk-makhluknya. Kenyataan alam secara keseluruhan menjelaskan tentang hakikat tauhid rubbubiyah. Hal ini dapat kita amati dari fenomena mekarnya bunga serta tanaman yang hidup, tumbuh membesar, berbunga, dan berbuah. Fenomena memancarnya air dari dalam tanah, mengalir melalui sungai-sungai, menyatu di lautan, menguap menjadi awan, dan turun lagi ke tanah setelah ditiup angin. Semua itu tidak lain sebagi bukti empiris rububiyah.
b)      Tauhid Uluhiyah
                Kata uluhiyah diambil dari akar kata llah yang berarti: Yang Disembah dan Yang Ditaati. Makna tauhid uluhiyah adalah sebuah keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya zat yang memiliki dan menguasai langit, bumi dan seisisnya, satu-satunya yang wajib ditaati dan yang menentukan segala aturan serta yang melindungi. Untuk sembahan yang hak terlihat misalnya dalam firman Allah swt:
الله ﻻٳلھ ٳﻻهو الحى القيوم
“Dia-lah Allah yang tiada Tuhan selain Dia. Yang Hidup Kekal bagi terus menerus mengurus urusan makhluk-Nya...” (Al-Baqarah: 225)[2]
Tauhid uluhiyah mengandung konsekuensi-konsekuensi tertentu bagi orang-orang yang beriman. Orang kafir menolak keyakinan ini karena mereka tidak mau menerima konsekuensi  logis dari keyakinan tesebut. Keyakinan uluhiyah  menuntut totalitas dalam mengabdi kepada Allah Swt, dengan segenap aktivitas  kita. Ibadah harus kita lakukan  dengan khusyuk hanya mengharap ridho Allah. Kita memakan rezeki hanya berharap keberkahan dari-Nya. Kita tidak sekali-kali berusaha mencari pemecahan  dengan sesuatu yang tidak diridai Allah SWT.[3]
Urgensi tauhid uluhiyah
La ilaha illallah, lambang tauhid uluhiyah.Kalimat itu dinamakan kalimat tauhid/ ikhlas/ taqwa. Kalimat agung ini mengandung penafian/ peniadaan ketuhanan pada apa saja selain allah dan itsbat/ penetapan ketuhanan untuk allah semata. Oleh karena itu la ilaha illallah merupakan kalimat yang paling benar dan paling utama. Dalam hadist shahih disebutkan bahwa nabi saw bersabda:
افضل ماقلته انا والنبيون قبلى ﻻ ٳله ٳﻻ الله
"Seutama-utama apa yang aku ucapkan dan diucapkan oleh para nabi sebelumku adalah la ilaha illallah".[4]
Asyhaduallailahaillallah wa ashaduannamuhammadurrasulullah, merupakan wujud syi’ar islam untuk memasuki gerbang islam. Pernyataan tauhid ini menjadi syi’ar harian saat shalat fardlu dan adzan/iqamat. Jika ia hidup di dunia sesuai dengan yang telah ditentukan lalu tibalah kematian menjemputnya dan diiringi dengan kalimat tauhid Lailaha Illallah.
2.      Fitrah Manusia Mengakui Rububiyah Allah
Berikrar dan mengakui akan Rububiyyah Allah adalah suatu perkara yang dapat diterima. Hakikat ini terlintas dalam setiap fitrah manusia. Iman terhadap rububiyah Allah artinya mengimani bahwa Allah semata sebagai Rabb, tidak ada sekutu bagi-Nya.  Meskipun seseorang itu kafir, namun jauh di lubuk hatinya tetap mengakui Rububiyyah Allah SWT. Firman Allah SWT:
ولئن سا لتهم من خلقهم ليقو  لن لله فا ني يؤ فكون
“Dan jika kamu bertanyakan mereka tentang: Siapakah pencipta mereka?
Nescaya mereka menjawab: Allah.” (Az-Zukhruf: 87)
ولئن سالتهم من خلق السموت واﻼرض ليقولن خلقهن العزيزالعليم
“Dan jika kamu bertanyakan mereka tentang:  Siapakah pencipta langit dan bumi?  Nescaya mereka menjawab: Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa dan Yang Maha Mengetahui.”(Az-Zukhruf: 9)
Tidaklah susah  untuk membuktikan Rububiyyah Allah SWT. Fitrah setiap insan adalah buktinya. Tidak pernah diketahui ada seorang pun di antara manusia ini yang mengingkari rububiyah Allah yang maha suci kecuali karena faktor kesombongan dan tidak dilandaskan dengan keyakinan atas apa yang di ucapkannya. Jika fitrah manusia bersih dari sombong, keras hati dan selaput-selaput yang menutupinya, maka secara spontan manusia akan terus menuju kepada Allah tanpa bersusah payah untuk melakukan pilihan. Secara langsung lidahnya akan menyebut Allah dan meminta pertolongan daripada-Nya.
3.      Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah Dapat Membentuk Karakter Manusia
Dalam mengenal allah manusia memiliki nilai tambah untuk membentuk karakter. Diantaranya sebagai berikut:
ü  Istiqamah di jalan allah
ü  Stabil dan optimis
ü  Berani dan tidak pengecut
ü  Hidup penuh berkah
ü Ikhlas beramal dan tidak mudah putus asa[5]
وجحدوابها واستيقنها انفسهم ظلما وعلوا فانظر كيف كان عا قبۃ المفسدين
“Dan mereka mengingkarinya kerana kezaliman dan kesombongan (mereka) pada hal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.”(An-Naml: 14)
Pada dasarnya manusia, apabila berada di saat-saat genting, tidak akan terfikir dan terlintas sesuatu di hatinya kecuali Allah saja. Ketika itu segenap perasaan dan fikirannya dipusatkan kepada Allah semata-mata. Sesungguhnya permasalahan mengenai kewujudan Allah adalah mudah, jelas, terang dan nyata. Kewujudan Allah terbukti dengan dalil yang banyak.Banyak dalil menunjukkan bahwa Allah itu Maha Esa dan tiada sesuatu menyamai Allah dari segi Rububiyyah. Di Antaranya:
a)     Semua benda di alam ini, daripada sekecil-kecilnya hinggalah sebesar-besarnya, menyaksikan bahawa Allah itu adalah Rabb al-’Alamin. Dia berhak ke atas semua kejadian di alam ini.
b)   Susunan alam yang mengkagumkan, indah dan tersusun rapi adalah bukti Allah Maha Pencipta. Jika alam boleh berkata-kata, dia akan menyatakan bahwa dirinya makhluk ciptaan Allah. Orang yang berakal waras akan berkata bahawa alam ini dijadikan oleh satu Zat Yang Maha Berkuasa, iaitu Allah. Tidak ada orang yang berakal waras akan menyatakan bahawa sesuatu itu boleh berlaku dengan sendiri.
4.      Implementasi Tauhid Rububiyah Dan Tauhid Uluhiyah
Seperti yang telah dinyatakan di atas, Tauhid al-Rububiyyah ialah mengakui keesaan Allah sebagai Rabb, Tuan, Penguasa, Pencipta dan Pengurnia secara mutlak. Tidak ada sekutu bagi-Nya di dalam  Rububiyyah. Kesanggupan  dan kesediaan manusia mentauhidkan Allah dari segi Rububiyyah dengan segala pengertiannya akan menghubung atau menyebabkan manusia mengakui Tauhid al-Uluhiyyah iaitu mengesakan Allah dalam pengabdian. Secara spontan pula manusia akan mengakui bahawa Allah sahaja layak disembah, selain daripada-Nya tidak layak disembah walau dalam apa bentuk sekalipun.
Penemuan-penemuan dalam bidang sains dan teknologi mengenai alam buana, atom, manusia, tumbuh-tumbuhan dan pelbagai bidang industri telah berjaya menyingkap keindahan dan ketelitian ciptaan Allah. Penemuan-penemuan dan rekaan-rekaan baru itu menguatkan lagi ajaran aqidah tauhid dan meneguhkan lagi keimanan orang-orang mu’min. Hasil-hasil kajian itu menunjukkan kebesaran dan keluasan kudrat serta ilmu Allah. Sesungguhnya di sebalik kehalusan ciptaan dan keindahan sistem sejagat ini pasti ada Penciptanya Yang Maha Basar dan Maha Berkuasa.[6]

D. Analisa
Dari pembahasan diatas, bahwa permasalahan yang muncul dari judul makalah ini dapatdikembalikan pada dua pokok utama tauhid yaitu rububiyah dan uluhiyah. Sebagai gambarannya sudah dijelaskan pada bab pembahasan.
Sering kita jumpai berbagai masalah yang berkaitan dengan ketauhidan. Misalnya, peremasalahan mengenahi  pengingkaran terhadap rububiyah, uluhiyah. Hal tersebut diharapkan bisa diatasi dengan tauhid yakni uluhiyah, rububiyah.

E. Kesimpulan

Bagaimana kajian terminologi tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah
Tauhid rububiyah berarti: “percaya bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Pencipta, Pemilik, Pengendali alam raya yang dengan takdir-Nya ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya. Tauhid uluhiyah adalah sebuah keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya zat yang memiliki dan menguasai langit, bumi dan seisisnya, satu-satunya yang wajib ditaati dan yang menentukan segala aturan serta yang melindungi.
Bagaimana Fitrah Manusia Mengakui Rububiyah Allah?
Berikrar dan mengakui akan Rububiyyah Allah adalah suatu perkara yang dapat diterima. Hakikat ini terlintas dalam setiap fitrah manusia. Iman terhadap rububiyah Allah artinya mengimani bahwa Allah semata sebagai Rabb, tidak ada sekutu bagi-Nya.  
Bagaimana Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah Dapat Membentuk Karakter Manusia ?
Dalam mengenal allah manusia memiliki nilai tambah untuk membentuk karakter sebagai berikut:
ü  Istiqamah di jalan allah
ü  Stabil dan optimis
ü  Berani dan tidak pengecut
ü  Hidup penuh berkah
ü Ikhlas beramal dan tidak mudah putus asa
Bagaimana Implementasi Tauhid Rububiyah Dan Tauhid Uluhiyah?
Kesanggupan  dan kesediaan manusia mentauhidkan Allah dari segi Rububiyyah dengan segala pengertiannya akan menghubung atau menyebabkan manusia mengakui Tauhid al-Uluhiyyah yaitu mengesakan Allah dalam pengabdian. Penemuan-penemuan dalam bidang sains dan teknologi mengenai alam buana, atom, manusia, tumbuh-tumbuhan dan pelbagai bidang industri telah berjaya menyingkap keindahan dan ketelitian ciptaan Allah. Penemuan-penemuan dan rekaan-rekaan baru itu menguatkan lagi ajaran aqidah tauhid dan meneguhkan lagi keimanan orang-orang mu’min. Hasil-hasil kajian itu menunjukkan kebesaran dan keluasan kudrat serta ilmu Allah.

F. Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami presentasikan. Kesempurnaan hanya milik allah swt serta kekurangan adalah milik kita semua, termasuk dalam penyusunan makalah ini. Kritik dan saran senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dlam keilmuan kita. Amin.....

G. Refrensi

Sri Indah, 2011, Modul Aqidah Akhlaq, Kudus
Buku ijo
Roli Abdurrahman,2007, Menjaga Aqidah Dan Akhlaq, PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri: Solo
Yusuf Qardhawy, 1998, Hakikat Tauhid Dan Fenomena Kemusyikan, Robbani Press: Jakarta,
Abdul Karim Zaidan, Usul Ad-Da’wah. At-Ta’rif Press.1996,
Ibrahim Abdurrahman, 1998, Pengantar Studi Aqidah Islam, Robbani Press: Jakarta








[1] Sri Indah, 2011, Modul Aqidah Akhlaq, Kudus, hal. 10
[2] Ibrahim Abdurrahman, 1998, Pengantar Studi Aqidah Islam, Robbani Press: Jakarta, hal. 142
[3] Roli Abdurrahman,2007, Menjaga Aqidah Dan Akhlaq, PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri: Solo, hal. 21
[4] Yusuf Qardhawy, 1998, Hakikat Tauhid Dan Fenomena Kemusyikan, Robbani Press: Jakarta, hal. 45-47
[5] Ibid, hal. 23
[6]  Abdul Karim Zaidan, Usul Ad-Da’wah. At-Ta’rif Press.1996,hal.97

Tidak ada komentar:

Posting Komentar