METODE PEMBELAJARAN
Makalah
Diajukan Guna Memenuhi
Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Hadits
Tarbawi
Dosen Pengampu : Abdul
Karim, SS. MA

Disusun oleh :
Sari Ulya Ningsih : 111106
Nurus Sa’diyah : 111108
M. Khoirul Anas : 111111

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PAI
2012
METODE PEMBELAJARAN
A.
Pendahuluan
Setiap orang yang beriman mempunyai tanggung jawab dalam tugas
dakwah. Proses belajar mengajar merupakan salah saw wujud dakwah. Dakwah dan
pengajaran serta pendidikan sama-sama bertujuan mengajak pada hal yang baik dan
benar serta mencegah orang dari perbuatan jelek dan batil.[1]
Proses belajar dan mengajar yang baik, hendaknya menggunakan
berbagai jenis metode mengajar secara bergantian atau saling bahu-membahu satu
sama lain. Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.[2]
Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses
belajar & mengajar. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan
belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain
terciptalah interaksi edukatif. Proses interaksi ini akan berjalan baik kalau
siswa banyak aktif dibandingkan dengan guru. Oleh karenanya metode mengajar
yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa.
Banyak sekali hadits yang menjelaskan tentang proses pembelajaran.
Dalam melakukan proses pembelajaran ada beberapa metode yang digunakan dalam
makalah ini akan dipaparkan berbagai jenis metode mengajar.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Metode ?
2. Apa sajakah bentuk metode dalam pembelajaran ?
3. Bagaimaakah konsep metode pembelajaran ?
C.
Pembahasan
1.
Metode ceramah
Metode
ceramah adalah metode yang digunakan oleh seseorang dalam pembelajaran
dihadapan banyak pendengar mengenal suatu hal. Pada metode ini, pembicara
(penceramah) berkewajiban mengarahkan pendengar (audience) untuk memahami
masalah yang disampaikan. Hadits mengenai metode ceramah :
عَنْ
ابى موسى عن النبى صلى الله عليه وسلم قال مثال مايعثني الله به من الهدى والعلم كمثل
الغيث
الكثير، اصاب ارضاًَ فكانَ منها بقيةٌ قبلة
المـاءَ فانبتت اللأ والعشب الكثير، وكانت منها اجادب امسكت الماء فنفع الله بـها الناس، فشربوا وسقوا
وزرعوا واصاب منها طا ئفة اخرى انما هي قيعان لاتمسك ماء ولا تنبت كلأ، فذلك مثل من فقه في
دين الله ومفعه ما بعشني الله به فعلمه وعلّمه، ومثل من لم يرفع بذلك رأساً ولم
يقبل هدى الله أرسلت به (رواه الشيخان و النسائى عن أبى موسى)
Artinya :
“Dari Abu Musa dan Nabi SAW berkata :
perumpamaan petunjuk dan ilmu yang diutus (dibebankan) oleh Allah kepadaku
seperti hujan deras yang menimpa bumi, diantaranya terdapat tanah subur yang
mau menerima air maka tanah itu dapat menumbuhkan rumput dan ilalang yang
lebat. Diantaranya lagi terdapat tanah tandus yang dapat menahan air, melalui
tanah ini Allah memberi manfaat air kepada manusia, mereka dapat minum dan
mengairi tanam-tanaman mereka serta memberi minum ternak mereka, Air hujan
tersebut mengenai pula daerah lainnya yang tiada lain merupakan tanah tandus
yang tidak dapat menahan air dan pula tidak dapat menumbuhkan tetumbuhan. Hal
tersebut adalah perumpamaan bagi orang yang mengerti tentang agama Allah dan
dapat memanfaatkan apa yang telah diciptakan Allah kepadaku, lalu dia mempelajarinya
dan mengajarkannya. Dan perumpamaan bagi onang yang tidak dapat memanfaatkan
hal tersebut dan pula tidak dapat memanfaatkan hal tersebut dan pula tidak
dapat menenima petunjuk Allah yang diutuskan kepadaku”.[3]
(Riwayat Syaikhan dan Nasa’i melalui
Abu Musa)
Penjelasan :
Hadits ini menggambarkan tentang
perumpamaan bagi tiga macam orang ; yang pertama ialah orang yang mengetahui
ilmu agama, lalu Ia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain ; yang
kedua ialah orang yang mengetahui ilmu agama dan mengajarkannya kepada orang
lain, tetapi Ia tidak mengamalkannya ; dan yang ketiga ialah orang yang tidak
mengenti agama dan tidak mau belajar mengenainya, apalagi untuk mengamalkannya.
Orang yang ketiga inilah yang tidak ada manfaatnya sama sekali karena ia tidak
mau menerima petunjuk Allah yang diturunkan melalui Nabi SAW.[4]
2.
Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu metode dimana
terdapat suatu kelompok kecil yang membahas sesuatu untuk memperoleh suatu
keputusan. Diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat,
dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas & lebih
teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan
bersama. OIeh karena itu, diskusi bukan debat. Dalam diskusi, tiap orang diharapkan
memberikan sumbangan. Karena dengan sumbangan tiap orang, kelompok diharapkan
akan maju dan satu pemikiran yang lain, langkah demi langkah sampai paham
terakhir sebagai hasil karya bersama.[5]
عَنْ
أنس بن مالك رضى الله عنه قال، قال رسو الله صلى الله عليه وسلم انصر اخاك ظالما
أومظلوما،
قيل
كيف أنصره ظالما ؟ قال تحجزه وترده عن الظلم فإنّ ذلك نصره (رواه البخارى)
Artinya :
“Dan Anas bin Malik r.a berkata,
Rasulullah SAW bersabda : Tolonglah saudaramu, baik Ia dalam keadaan aniaya
atau dianiaya, lalu ada yang bertanya, “Bagaimana aku harus menolonngnya bila
ia berbuat aniaya ? Rosul SAW menjawab : ”Engkau harus cegah dia dan
Menyadarkan dia supaya jangan berbuat aniaya ,demikianlah cara menolongnya.”[6]
(H.R. Bukhori)
Penjelasan hadits :
Dari hadits diatas, makna dan menolong
orang yang berbuat aniaya adalah agar yang dianiaya itu selamat dan dosa yang
diperbuat, yaitu dengan mencegahnya berbuat aniaya. Dengan cara nahi munkar inilah ia dapat
disetamatkan.[7]
3.
Metode Cerita
Metode cerita adalah suatu metode dimana
seorang pendidik (guru) memberikan suatu cerita /kisah kepada para audience
sehinga pada akhiniya mereka dapat menyerap/ menangkap intisari dari cerita
tersebut
عن ابي هريره رضي الله عنه ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : بينارجل
يمشي فاشتد عليه العطش فنزل بثرا فشرب منهاثم خرج فاذا هو بكلب يلهث ياكل الثرامن
العطش فقال لقد بلغ هذا مثل الذي بلغ بى فملاءخفه ثم امسكه بفيه ثم رقي الكلب فشكر
الله له فغفر له قالوا يارسول الله وان لنا فى البها ئم اجرا ؟ قال : من كل كبد
رطبت اجر .متفق عليه.
Artinya :
“Dari Aba Hurairah r.a, sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda : pada suatu hari ada seorang lelaki berjalan, di
tengah perjalanan ia merasa kehausan yang sangat, ia menemukan sebuah sumur,
lalu ia turun kedalam sumur dan meminum airnya. Setelah itu ia keluar dan sumur
itu, tetapi ia melihat seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya seraya
memakan serangga tanah karena kehausan. Lelaki itu berkata kepada dirinya
sendiri, “sesungguhnya anjing ini sedang kehausan yang seperti yang baru saja
ku alami”. lelaki itu turun dan memenuhi khuff-nya dengan air. Khuff yang penuh
dengan air itu digigitnya lalu Ia naik ke permukaan, lalu Ia memberi minum
anjing tersebut Allah suka melihat perbuatan itu, lalu dia memberi ampunan
kepadanya. Setelah itu ada seorang sahabat yang bertanya (sehubungan dengan
kisah diatas), Nabi SAW menjawab “pada setiap makhluk yang memiliki hati basah
terdapat pahala”.[8]
(H.R. Muslim)
Penjelasan
hadits:
Kisah yang disebutkan diatas dalam hadits ini
menyangkut kisah yang terjadi dikalangan umat-umat terdahulu, yaitu Bani
Israil. Kisahnya sama dengan kisah yang disebutkan oleh hadits sebelumnya,
hanya dalam hadits ini yang menjadi perannya adalah seorang laki-laki sedangkan
pada hadits terdahulu yang menjadi perannya ialah seorang perempuan tuna
susila.
4. Metode
Peragaan
Metode Peragaan adalah suatu metode dimana
seorang pendidik menunjukkan dengan menggunakan bahasa isyarat tubuh dihadapan
para audience.
عَنْ
سهل بن سعد عن النبى صلى الله عليه وسلم قال : انا وكافل اليتيم فى الجنة هكذا وأشار
ب
بالتسـابة
والوسطر (رواه البخارى)
Artinya:
“Dan Sahl bin Sa’ad dan Nabi SAW bersabda :
saya dan penanggung anak yatim di surga seperti kedua jari ini, kemudian Rasulullah
menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah. ( H.R. Bukhori)
Penjelasan
hadits :
Dalam hadits ini Rasulullah ingin
menguatkan suatu hal yang penting, maka Nabi menggunakan kedua jarinya untuk
menunjukkan pentingnya hal tersebut. Adapun Rasulullah mengisyaratkan dengan jari
telunjuk dan jari tengah mempunyai maksud bahwa antara jari telunjuk dan jari
tengah itu sangat dekat dan tidak dapat dipisahkan. Jadi, Rasul menjamin orang-orang
yang menanggung hidupnya anak yatim, kelak di surga akan dekat dengan
Rasulullah.[9]
4.
Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah metode mengajar
yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung/terjadi dialog antara guru dan
siswa. Guru bertanya siswa menjawab, atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam Komunikasi
ini, terlihat adanya hubungan timbal balik secara Iangsung antara guru dengan siswa.
عَنْ
أبى هريرة رضى الله عنه قال : جاء رجل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال يا
رسول لله من أحقّ بحسن صحابتى ؟ قال أمّك قال ثم من قال
أمّك قال ثم من قال أمّك قال ثم من قال أبوك (متفق عليه)
Artinya :
Seorang laki-laki tadi bertanya
kepada Rasul, wahai Rasulullah siapa yang berhak saya hormati,
Nabi menjawab, ibumu, laki-laki
bertanya Iagi, kemudian siapa?
Nabi menjawab, ibumu, laki-laki
bertanya lagi, kemudian siapa?
Nabi menjawab, ibumu, laki-laki
bertanya lagi, kemudian siapa?
Nabi menjawab, ayahmu (متفق عليه)
D.
Simpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses
pembelajaran terdapat beberapa metode yang dapat digunakan antara lain:
a. Metode
Ceramah
b. Metode
Diskusi
c. Metode
Cerita
d. Metode
Peragaan
e. Metode
Tanya Jawab
E.
Penutup
Demikianlah yang dapat kami
sampaikan. Kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan ataupun kesalahan dalam
penulisan dan penjelasan dan kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
Referensi
Abu
Bakar Muhammad, Hadits Tarbawi III, Karya Abditama, Surabaya, 1997
Nana
Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1989
Sayyid
Ahmad Al-Hasyimi, Syarah Mukhtaarul Alhaadiiiits, Sinar Baru Algesindo,
Bandung, 2003
A.
Yasin Asmuni, Metodologi Da’wah dan Maidzah Al-Qur’an dan Al-Hadits,
Ponpes Hidayatut Thullab, Kediri, 2007
[2] Nana Sudjana, Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung ,
1989, halm.76.
[3] Sayyid Ahmad AI-Hasyimi, Syarah
Mukhtaarul Alhaadiits, Sinar Baru Algesindo, Bandung , 2003, halm.788-789.
[9] A. Yasin Asmuni, Metodologi
Da’wah dan Maidzah Al Qur’an dan Al Hadits, Ponpes Hidayatut Thullab,
Kediri, 2007, hal 64
Tidak ada komentar:
Posting Komentar