SURAT MAKIYAH DAN MADANIYAH
CIRI SURAT DAN PENDAPAT PARA ULAMA’
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas Tes Tengah Semester
Mata
Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen
Pengampu : Istianah, MA

Disusun
oleh :
Nailin ni’mah 111115
![]() |
|||
![]() |
|||
![]() |
Sekolah tinggi agama islam
negeri kudus
Jurusan tarbiyah / pai
2012
A. Pendahuluan
Al-Qur’an
adalah satu-satunya pesan samawi yang mampu menjaga orisinalitasnya sepanjang
sejarah. Kitab ini terjaga dari segala bentuk
manipulasi dan kerusakan zaman,”Sesungguhnya Kami telah menurunkan
adz-Dzikr (Al-Qur’an) dan Kami yang
menjaganya”.(QS. Al-Hijr : 9)
Para
ulama’ secara serius berupaya mengetahui kapan dan dimana surat dan ayat turun,
karena pengetahuan tentang hal tersebut mempunyai banyak manfaat untuk memahami
nash-mnash al qur’an dan pengertian serta ketinggian petunjuknya.Al qir’an di
makkah memberantas permusuhan dan menghancurkan keyakinan keyakinan mereka yang
palsu dengan hujjah dan dalil serta
menolak hal-hal subhat, menguak kebatilan dan kesesatan.
Al-Qur’an
diturunkan di Madinah untuk meluaskan hokum hokum agama dan mengerakkan
kaidah-kaidah serta membangun masyarakat dan meletakkan dsar-dasar kekuasaan.
Salah satu masalah Ulumul Qur’an yang penting
adalah mengetahui surat-surat Makiyah dan Madaniyah. Keduanya penting diidentifikasi
untuk kemaslahatan ummat.
Oleh
karena itu kita mengetahui sejarah berkesinambunagn ayat dan surat yang
berangsur-angsur turun melalui surat-surat makiyah dan madaniyah dalam
perspektif tujuan kebudayaan . Banyak orang berusaha mengetahui tragedi yang
terangkum oleh sejarah, kapan, dimana,faktor-faktor penyebab. Inilah yang
menstimulir surat-surat dan ayat-ayat makiyah dan mengidentifikasinya dari
surat-surat madaniyah.
B. Permasalahan
1.
Apa Pengertian
Dari Surat Makiyah Dan Madaniyah
2.
Apa Ciri-Ciri Dari Surat Makiyah Dan Madaniyah
3.
Bagaimana Tolak
Ukur Pembagian Surat Surat Makiyah Dan Madaniyah?
C. Pembahasan
a)
Kajian
Terminologi Surat Makiyah Dan Madaniyah
Masa turunnya Al-Qur’an
secara bertahap selama dua puluh tahun
di mulai tiga tahun sebelum bi’tsah, hingga akhir hayat rasullullah saw.[1]
Surah makiyah
merupakan surah dari Al-Qur’an yang diturunkan sebelum nabi
hijtah, dan surat madaniyah merupakan
surah yang diturunkan setelah nabi hijrah ke madinah.akan tetapi
pengertian yang demikia ini adalah pengertian yang salah atau pendapat yang
sangt lemah dan mempersempit wawasan mengenai ayat makiyah dan madaniyah.[2]
Para ulama’ sangat memperhatikan AL-Qur’an
denga cermat.mereka menertibkan
surat-surat sesuai dengan tempat turunnya. Yang terpenting dalam objek
kajian para ulama’ dalam pembahasan ialah :
a)
Yang Diturunkan
Di Makakah Dan Madinah
b)
Yang
Diperselisihkan
c)
Ayat-Ayat
Makiyah Dan Madaniyah Serta Sebaliknya
d)
yang diturunkan di makkah namun hukumnya
makiyah serta sebaliknya.
e)
Yang serupa yang
diturunkan di makah dalam kelompok madaniyah serta sebaliknya
f)
Yang dibawa dari makkah ke madinah serta sebaliknya
g)
Yang
diturunkan diwaktu malam dan siang
h)
Yang diturunkan
diwaktu menetap dan di perjalalan
i)
Yang turun di
musim panas dan musim dingan.
Inilah macam-macam ilmu al-qur’an yang
pokok berkisar disekitar madinah makkah.[3]
b)
Ciri surat
Makiyah dan madaniyah
Ciri
surat Makiyah meliputi :
ü Setiap surat mengandung Ayat-ayat Sajadah
ü Setiap surat mengandung lafadh Kalla, yang terdapat disetengah surat terakhir Alqur’an
ü Setiap surat mengandung“Ya ayyuha nnas” kecuali
surat Al-Hajj.
ü Setiap surat mengandung kisah para nabi dan umat
terdahulu kecuali surat AL-Baqarah.
ü Setiap surat dibuka denga huruf-huruf Muqatha’ah/ Hija’i seperti Alif
Lam Mim, Ha Mim, dll. Kecuali
surat Al-Baqarah dan Ali Imran serta surat Ar-Ra’ad yang masih di
perselisihkan.[4]
ü Metode yang digunakan dalam surat ini adalah kekerasan, tekanan, dan cibiran. Hal ini dikarenakan kebebalan penduduk
Makkah.
ü Pendeknya ayat-ayat dan surta-surat, hal ini
dikarenakan Penduduk makkah yang berwatak keras
dan jauh dari peradaban, tidak berbudaya.
ü Tidak ada penjelasan mengenai tasyri’, dan tidak ada burhan serta istidlal.[5]
Ciri
surah Madaniyah adalah sebagai berikut :
ü Setiap surat didalamnya terdapat kalimat “ya ayyuhalladzina Amanu”
ü Setiap surat menyinggung mengenai orang orang munafik.(Kecuali
surat Al-Ankabut)
ü Setiap surat memuat batasan hukuman (hadd) atau penjelasan mengenai
kewajiban.(Faridhah).[6]
ü Metode surat-surat Madaniyah merepakan Lemah lembut,
hal ini disebabkan karena keta’atan dan lemah lembutnya Penduduk Madinah.[7]
ü Ada penjelasan mengenai Tasyri’, burhan, dan istidlal[8]
c)
Pendapat para
ULama’
D. Kesimpulan
Mengkaji Surah Makiyah dan Madaniyah Al-Qur’an
dapat dianggap penting, karena akan diperoleh faedah memperoleh pemahaman yang
lebih sempurna dari Al-Qur’an.. Dengan demikian analisis filosofis serta
analisis bahasa menjadi penting dalam metodologi penelitian munasabah
al-Qur’an. Munasabah al-Qur’an dengan demikian dapat pula menjadi salah satu
cabang Ilmu Al-Qur’an yang penting dan strategis. Ilmu Munasabah ini sekaligus
menjadi sebuah perangkat yang melengkapi metodologi pemahaman al-Qur’an secara
konprehensif.
Tentang ini para ulama yang ahli Ilmu Bahasa
Arab dan bahasa Al-Qur’an tidak kurang-kurang yang telah mengupas dan
menjelaskannya. Dan Syekh Muhammad Abduh serta Said Muhammad Rasyid Ridha dalam
kitab tafsirnya “Al-Manar” tidak sedikit menjelaskan tentang hubungan ayat satu
dengan ayat lainnya dalam menafsiri dan mengupas ayat-ayat yang ditafsiri.
Saran
Dengan melihat secara seksama mengenai isi
dari makalah ini, penulis berharap kiranya makalah ini dapat menjadi salah satu
acuan yang nantinya dapat menambah pengetahuan tentang kajian surat makiyah dan
madaniyah yang terdapat dapat dalam Ulumul Qur`an, selain itu untuk dapat
dijadikan sebagai salah satu referensi para pembaca untuk keperluan yang
bertalian dengan surah makiyah dan madaniyah itu sendiri.
[1] Ushul
Al-Kafi, jilid 2, hal:628 hadist ke 6
[2]
Suhadi, MSI Ulumul Qur’an. Nora Media Enterprise, Kudus:2011 hal 54
[3]
Syaik Manna’ Al- Qaththan, Pengantar Studi Ilmu AL-Qur’an hal: 63
[4]
Op.Cit hal: 76
[5] M.
Hadi Ma’rifat, Sejarah AL-Qur’an Al Huda Jakarta hal 76
[6]
Fahd Bin Abdirrahman Ar-Rumi. Ulumul Qur’an Studi Kompleksitas Al-Qur’an hal
:175
[7] M.
Hadi Ma’rifat, Sejarah AL-Qur’an Al Huda Jakarta hal 73
[8]
Op.Cit hal 77
Tidak ada komentar:
Posting Komentar