Kamis, 30 Agustus 2012

Excel Vs SPSS



Mengapa menggunakan paket analisis data seperti SPSS ketika Anda dapat menggunakan Excel? atau apa perbedaann memakai SPSS dengan excel? Salah satu pertanyaan pretest saya sebelum praktikum statistik dasar.. saya mencoba searching di google tapi masih banyak yang kurang lengkap. Dengan kata kunci SPSS vs excel.. hanya ada beberapa halaman berbahasa inggris yang cukup banyak perbandingannya.. yup.. jadi inilah hasilnya setelah saya translate.. semoga anda mengerti.he.. he..

Alasan utama anda lebih memilih SPSS antara lain :

• Akses mudah ke statistik deskriptif dan frekuensi: Benar. sementara Anda dapat melakukan descriptives di Excel menggunakan beberapa built-in fungsi dan analisis data tambahan, itu adalah jauh lebih mudah dan lebih cepat di SPSS.

• Lebih banyak jenis grafik & grafik: Benar, meskipun saya cenderung untuk mencari Excel lebih mudah untuk mengelola

• Lebih baik, lebih fleksibel tabel pivot Sortof benar. Itu, benar jika Anda memiliki SPSS Tables. Jika Anda tidak, maka menurut pendapat saya pivot tabel Excel lebih mudah untuk bekerja dengan. SPSS Tables, di sisi lain, sangat mudah digunakan dan memungkinkan Anda melakukan lebih banyak hal yang tidak dapat Anda lakukan dengan Excel Pivot Tables.

• Full set uji statistik: Benar. Meskipun sudah pasti mungkin untuk menjalankan uji statistik di Microsoft Excel, mereka lebih sulit untuk mencari dan bekerja dengan dibandingkan dengan SPSS, di mana mereka cukup banyak datang "bebas" dengan setiap fungsi Anda jalankan.

• Mudah untuk menjalankan laporan serupa dan grafik untuk subset: Benar. Menggunakan "Split" fungsi dalam SPSS, maka relatif mudah untuk membuat tabel dan grafik untuk himpunan bagian tanpa melakukan kerja ekstra. Atau Anda dapat membuat sintaks (bahasa makro SPSS) yang memungkinkan Anda menggunakan kembali tabel dan kode Anda berulang-ulang.

• Label bukan kode dalam laporan Anda: Saya suka fitur ini. Hanya karena perangkat lunak survei Anda membuat Pria = 1 dan Wanita = 2 bukan berarti Anda ingin melihat banyak 1s dan 2s dalam laporan Anda. Dan sementara itu tidak sulit untuk menggunakan pencarian / ganti di Excel untuk mengubah semua 1s Anda untuk laki-laki dan 2s to Female, SPSS memungkinkan anda menyimpan nilai-nilai utuh.

• Hasil yang akurat ketika beberapa data yang hilang: Sortof benar. Untuk item ini, mereka menunjuk pada keuntungan yang anda peroleh dari menggunakan SPSS Analisis Nilai Hilang add-on modul (ekstra $ 800 atau lebih). Hal ini memberi tahu Anda apakah pertanyaan yang dilewati oleh responden akan berdampak analisis Anda, dan bahkan akan memperkirakan apa nilai-nilai ini seharusnya. Jelas Excel tidak dapat melakukan hal seperti itu, namun perlu diingat Anda perlu membeli modul tambahan untuk mendapatkannya bekerja.

• Membantu Anda melihat kesalahan entri data atau data yang tidak biasa poin: Tentu SPSS dapat membantu dengan yang satu ini, tapi saya rasa Anda bisa mendapatkan hasil jenis ini dengan mudah di Excel.

• Mudah impor fungsi: Saya tidak yakin bahwa saya sepenuhnya setuju dengan yang satu ini. Memang benar bahwa adalah mudah untuk membawa file teks. Dan mereka memberikan fungsionalitas untuk membawa ODBC database, termasuk spreadhsheets Excel, Access dan SPSS tabel database. Tetapi antarmuka untuk melakukan hal itu adalah sedikit funky dan pengalaman tidak bersih atau halus seperti halnya dengan Excel.

• Unlimited baris: titik ini menggambarkan bagaimana SPSS dapat menangani jumlah tidak terbatas baris sementara Excel hanya dapat menangani 65.000. Microsoft Excel 2007 dapat menangani baris unlimited juga, tapi pernyataan SPSS mungkin benar ketika artikel tersebut diterbitkan.

• Menggunakan SPSS menghemat waktu dan meningkatkan produktivitas: Saya rasa yang benar-benar tergantung pada apa yang Anda coba lakukan. Ada banyak analisis yang saya temukan lebih mudah dilakukan di Excel. Tapi jelas jika Anda melakukan analisis statistik lebih mudah dan lebih cepat dalam SPSS.

• SPSS memudahkan untuk memahami hasil-hasil statistik. SPSS telah menambahkan banyak bantuan ekstra file dan tutorial yang menjelaskan bagaimana Anda dapat / harus menginterpretasikan banyak jargon statistik bahwa perangkat lunak meludah keluar. Excel jelas tidak.

Beberapa alasan mengapa anda masih melakukan banyak hal di Excel:

• Bagi kebanyakan orang, kurva belajar jauh kurang curam dengan Excel: Belajar SPSS awalnya pengalaman yang tidak menyenangkan. Memiliki banyak pilihan yang tidak masuk akal sampai setelah Anda sudah menghabiskan banyak waktu dengan program. Begitu Anda telah belajar perangkat lunak Anda akan kagum bahwa anda pernah hidup tanpa itu (atau beberapa paket analisis data lain) tapi sampai saat itu Anda akan menghabiskan banyak waktu memaki-maki itu.

• Ini mahal. Terutama jika Anda sudah memiliki Excel. Akan menghabiskan lebih dari $ 1.700 untuk mencari salinannya.

• Grafik lebih mudah untuk mengelola / kontrol di Excel: Menurut pendapat saya. Sementara SPSS memiliki banyak fitur mencatat rapi, mereka tidak seperti yang dinamis sebagai Excel's bagan fungsi - yaitu, saat membuat presentasi, saya sering harus kembali dan men-tweak diagram atau mengatur ulang data atau mengatur ulang bar. Dalam Excel, ini semudah mengedit spreadsheet yang mendasari, yang akan secara otomatis memperbarui Powerpoint. Dalam SPSS, Anda harus menciptakan grafik dan recopy ke dalam presentasi.

• Lebih fleksibel menggunakan fungsi: Excel memiliki lebih banyak fungsi dari SPSS dan memberi Anda lebih banyak fleksibilitas dalam cara Anda menggunakannya.

Belajar SPSS

BELAJAR SPSS
SPSS merupakan software statistik yang paling populer, fasilitasnya sangat lengkap dibandingkan dengan
software lainnya, penggunaannya pun cukup mudah.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan cara menginstal terlebih dahulu software SPSS
yang akan digunakan. Pada pembelajaran kali ini menggunakan Software SPSS 12. Saat ini software SPSS
telah mengalami berbagai penambahan fasilitas, versi terkini yaitu SPSS 17. Cara mempelajarinya tidak
jauh berbeda dengan SPSS versi lainnya.
Setelah dilakukan instalasi, maka langkah berikutnya adalah masuk ke dalam program SPSS, tampilannya
mirip dengan Excel milik Microsoft Corporation.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah :
Cari shortcut SPSS pada layar dekstop, atau masuk lewat tombol start, lalu pilih All Programs, kemudian
pilih SPSS for Windows 12.0, tampak seperti pada gambar di bawah ini.
Kemudian akan muncul gambar seperti di bawah ini. Lalu klik saja cancel pada kotak dialog yang ada
untuk memasukkan data baru.
Maka kotak dialog tersebut akan hilang, sehingga kita bisa melanjutkan pengentrian data.
Perhatikan pada sudut kiri bawah, ada 2 sheet (seperti Excel), yaitu Data View dan Variabel View. Untuk
memasukkan data, terlebih dahulu tentukan variabelnya yang kemudian diinput pada Variabel View,
seperti Nama, Berat Badan, Tinggi Badan, Tekanan Darah, Tanggal Lahir, dan sebagainya.
Name : diisi nama variabel, misalnya Nama
Type : diisi tipe data, misalnya numeric (untuk data angka) atau string untuk data teks.
Width : diisi jumlah karakter maksimal yang akan diinput dalam Data View.
Decimal : diisi jumlah karakter maksimal yang akan diinput dalam Data View.
Label : diisi keterangan untuk variabel (boleh dikosongkan).
Value : untuk memberi kodefikasi, misalnya Laki‐laki=1, Perempuan=2.
Missing : untuk perlakuan data terhadap Missing Value (abaikan sesuai default).
Align : untuk pengaturan tampilan perataan dalam Data View, seperti left, centre, right.
Measure : secara default akan terpilih Nominal jika variabel bertipe string, dan akan terpilih Scale
jika data bertipe Numeric.
Setelah ditentukan variabelnya, sekarang tinggal mengisi data di sheet Data View. Untuk lebih
mudahnya maka kita akan menampilkan contoh data yang akan diiput.
Ini adalah data nilai mata kuliah 10 orang mahasiswa :
Entomologi (X) : 90, 67, 78, 85, 75, 60, 87, 87, 90, 60
Biostatistik (Y) : 87, 75, 67, 80, 70, 56, 76, 54, 87, 65
Sekarang kita mulai menginput data sesuai contoh di atas
1. Klik start ‐> All program ‐> SPSS for windows
2. Menu yang akan muncul berupa sheet (excel) yaitu Data View (tempat memasukkan
data), Variabel View (tempat mendefinisikan variabel)
3. Klik Variabel View.
a. kolom “Name” = X (nama variabel tidak boleh ditandai dengan spasi)
b. kolom “Type” = Numeric
c. Kolom “Width” = 8 (banyaknya karakter)
d. Kolom “Decimal” = 0 (banyaknya angka di belakang koma)
e. Kolom “Label” = ENTOMOLOGI (label variabel)
f. Kolom “Value” = None (diisi jika data kualitatif: misalkan L = 1, P = 2)
g. Kolom “Missing” = None (selisih antara variabel )
h. Kolom “Columns” = 8 (lebar kolom disesuaikan )
i. Kolom “Align” = Right (rata tulisan)
j. Kolom “Measure” = Scala (jenis data)
4. Lanjutkan dengan mendefinikan variabel “Y”.
5. Klik Data View, input semua data variabel Entomologi di kolom X, input semua data
variabel Biostatistik di kolom Y.
6. Selesai (Proses penginputan data selesai), menu SPSS jangan ditutup,
Kemudian kita lanjutkan dengan analisis deskriptif
ANALISIS DESKRIPTIF
Adalah analisis yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan data. Analisis deskriptif berupa
ukuran gejala pusat berupa mean, median, dan modus. Ukuran penyebaran berupa kuartil, desil
dan persentil. Ukuran penyebaran berupa rentang data (range), simpangan (simpangan baku
dan varians). Ukuran kemiringan berupa model populasi, koefisien kemiringan (kurtosis), dan
koefisien kecembungan (skweness).
Langkah‐langkahnya:
1. Klik Analyze ‐> klik Descriptive Statistic ‐> klik Frequencies.
2. Klik Entomologi (X) ‐> klik tanda (>) (untuk memasukkan variabel X ke kolom variables(s)
3. Klik Biostatistik (Y) ‐> klik tanda (>) (untuk memasukkan variabel Y ke kolom variables(s)
atau sorot semua variabel X dan Y kemudian klik tanda (>)
4. Beri tanda centang (V) display Frequency Tables.
5. Klik Statistics, beri centang (v) Quartil, Percentil (isi 25, klik Add, ulangi untuk 50, dan 75)
Std. deviation, Varians, Range, Minimum, Maximum, S.E. mean, Mean, Median, Mode,
Sum, Skewness, Kurtosis.
6. Klik Continue
7. Klik Chart (beri centang pada pilihan) Histogram centang with normal curve ‐> klik
continue
8. Klik format (untuk mengatur tampilan data)
9. Klik Continue, kemudian OK
Sekarang kita dapat melihat outputnya:
Frequencies
Notes
Output Created 30-AUG-2010 00:18:07
Comments
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in
Working Data File 10
Missing Value
Handling
Definition of
Missing
User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=X Y
/NTILES= 4 /PERCENTILES= 25 50
75 /STATISTICS=STDDEV
VARIANCE RANGE MINIMUM
MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN
MODE SUM SKEWNESS SESKEW
KURTOSIS SEKURT /HISTOGRAM
NORMAL /ORDER= ANALYSIS .
Resources Elapsed Time
0:00:01.39
Total Values
Allowed 149796
Statistics
ENTOMOL
OGI BIOSTATISTIK
N Valid 10 10
Missing 0 0
Mean 77.90 71.70
Std. Error of Mean 3.767 3.646
Median 81.50 72.50
Mode 60(a) 87
Std. Deviation 11.911 11.528
Variance 141.878 132.900
Skewness -.607 -.179
Std. Error of Skewness .687 .687
Kurtosis -1.318 -.926
Std. Error of Kurtosis 1.334 1.334
Range 30 33
Minimum 60 54
Maximum 90 87
Sum 779 717
Percentiles 25 65.25 62.75
50 81.50 72.50
75 87.75 81.75
a Multiple modes exist. The smallest value is shown
Frequency Table
ENTOMOLOGI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 60 2 20.0 20.0 20.0
67 1 10.0 10.0 30.0
75 1 10.0 10.0 40.0
78 1 10.0 10.0 50.0
85 1 10.0 10.0 60.0
87 2 20.0 20.0 80.0
90 2 20.0 20.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
BIOSTATISTIK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 54 1 10.0 10.0 10.0
56 1 10.0 10.0 20.0
65 1 10.0 10.0 30.0
67 1 10.0 10.0 40.0
70 1 10.0 10.0 50.0
75 1 10.0 10.0 60.0
76 1 10.0 10.0 70.0
80 1 10.0 10.0 80.0
87 2 20.0 20.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
60 65 70 75 80 85 90
ENTOMOLOGI
0
1
2
3
4
5
Frequency
Mean = 77.9
Std. Dev. = 11.911
N = 10
ENTOMOLOGI
Kita bisa melihat histogram dari masing-masinmg variabelnya, bagaimana kecenderungannya

Minggu, 29 Juli 2012

Makalah Tafsir TArbawi "Metode Pendidikan"

METODE PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah  : Tafsir Tarbawi
Dosen Pembimbing : Moh. Dzofir, MAg






Disusun oleh :

1.      Fina Roihah Almiskiyyah        111087
2.      Sari Ulya Ningsih                     111106
3.      Ahmad Latif                            111114
4.      Nailin Ni’mah                          111115


 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PAI
TAHUN 2012
BAB I
PENDAHULUAN
Metode merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar di lembaga pendidikan. Apabila proses pendidikan tidak menggunakan metode yang tepat maka akan sulit untuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal ini seluruh pendidik sudah maklum, namun masih saja di lapangan penggunaan metode mengajar ini banyak menemukan kendala.
Kendala penggunaan metode yang tepat dalam mengajar banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor ; keterampilan guru belum memadai, kurangnya sarana dan prasarana, kondisi lingkungan pendidikan dan kebijakan lembaga pendidikan yang belum menguntungkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang variatif.
Apa yang ditemukan oleh Ahmad Tafsir (1992 : 131) mengenai kekurangtepatan penggunaan metode ini patut menjadi renungan. Beliau mengatakan pertama, banyak siswa tidak serius, main-main ketika mengikuti suatu meteri pelajaran, kedua gejala tersebut diikuti oleh masalah kedua yaitu tingkat penguasaan materi yang rendah, dan ketiga para siswa pada akhirnya akan menganggap remeh mata pelajaran tertentu.[1]
Kenyataan ini menunjukan betapa pentingnya metode dalam proses belajar mengajar. Tetapi betapapun baiknya suatu metode tetapi bila tidak diringi dengan kemampuan guru dalam menyampaikan maka metode tinggalah metode. Ini berarti faktor guru juga ikut menentukan dalam keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar. Sepertinya kedua hal ini saling terkait.
Metode yang baik tidak akan mencapai tujuan bila guru tidak lihai menyampaikannya. Begitu juga sebaliknya metode yang kurang baik dan konvensional akan berhasil dengan sukses, bila disampaikan oleh guru yang kharismatik dan berkepribadian, sehingga peserta didik mampu mengamalkan apa yang disampaikannya tersebut.
Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam di dalamnya memuat berbagai informasi tentang seluruh kehidupan yang berkaitan dengan manusia. Karena memang Al-Qur’an diturunkan untuk umat manusia, sebagai sumber pedoman, sumber inspirasi dan sumber ilmu pengatahuan. Salah satunya adalah hal yang berkaitan dengan pendidikan.

BAB II
SURAT AL-MAIDAH AYAT 67 DAN AN-NAHL AYAT 125
(Pendidikan Dalam Presfektif Al-Qur’an)
Metode Pendidikan dalam Islam tidak terlepas dari sumber pokok ajaran yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai tuntunan dan pedoman bagi umat telah memberikan garis-garis besar mengenai pendidikan terutama tentang metode pembelajaran dan metode mengajar.
Di bawah ini dikemukakan beberapa ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan metode pendidikan dalam presfektif Al-Qur’an terutama dalam Surat Al-Maidah ayat 67 dan Surat An-Nahl ayat 125.
1. Surat Al-Maidah ayat 67
يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ  
a. Mufrodat
يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ = Hai Rasul                                  
بَلِّغْ = Sampaikanlah
مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ = Apa Yang Di Turunkan Kepadamu
 مِنْ رَبِّكَ = Dari Tuhanmu.
وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ = Dan Jika Tidak Kamu Kerjakan (Apa Yang Diperintahkan Itu)
فَمَا بَلَّغْتَ = Kamu Tidak Menyampaikan           
رِسَالَتَه ُ    =  Amanat-Nya
وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ   = Allah Memelihara Kamu
مِنَ النَّاسِ = Dari (Gangguan) Manusia.
إِنَّ اللَّهَ =  Sesungguhnya Allah
لَا يَهْدِي =  Tidak Memberi Petunjuk
الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ = Kepada Orang-Orang Yang Kafir
b. Artinya
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” [2].
c. Asbabun Nuzul
Ada beberapa riwayat dengan turunnya surat Al-Maidah ayat 67 ini diantaranya:
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulallah Saw pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah telah mengutusku dengan risalah kerasulan. Hal tersebut menyesakkan dadaku karena aku tahu bahwa orang-orang akan mendustakan risalahku. Allah memerintahkan kepadaku, untuk menyampaikannya dan kalau tidak, Allah akan menyiksaku”.
Maka turunlah ayat ini (QS.5:67) yang mempertegas perintah penyampaian risalah disertai jaminan akan keselamatannya[3].
Dalam riwayat yang lain dikemukakan bahwa Siti Aisyah menyatakan bahwa nabi SAW biasanya dijaga oleh para pengawalnya sampai turun ayat
“وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ (QS.5:67). Setelah ayat itu turun Rasulullah menampakan dirinya dari kubbah sambil berkata ; “Wahai saudar-saudaraku pulanglah kalian, Allah telah menjamin keselamatanku dalam menyebarkan dakwah ini. Sesungguhnya malam seperti ini baik untuk tidur di tempat tidur masing-masing.[4]
d. Pembahasan
Tersirat dalam Surat Al-Maidah ini mengandung makna bahwa menyampaikan risalah itu merupakan perintah Tuhan. Allah memerintahkan Nabi untuk menyampaikan risalah kenabian kepada umatnya jika tidak maka nabi termasuk orang yang tidak menyampaikan amanat. Peringatan Allah kepada nabi mengakibatkan beliau sangat ketakutan sehingga dada nabi terasa sesak, saking beratnya tugas ini.
Kata-kata “baligh” dalam bahasa Arab itu merupakan pernyataan yang sangat jelas apalagi bentuknya fi’il “amr”. Dalam tafsir Al-Jalalin lafadz “baligh” terselip kandunganجميع (seluruhnya)[5]. Berarti nabi harus menyampaikan secara keseluruhan yang telah diterima dari Allah SWT. Tidak boleh ada yang disembunyikan sedikitpun dari Nabi (ولا تكتم شيئا منه ).[6] Dalam Tafsir Ibnu Katsir juga dijelaskan bahwa makna “baligh” dalam surat Al-Maidah merupakan fiil amr yang terkandung makna untuk menyampaikan seluruh yang diterima dari Allah SWT. Ibnu Katsir menulis :
يقول تعالى مخاطبا عبده ورسوله محمدا – صلى الله عليه وسلم – باسم الرساله وآمرا له بإبلاغ جميع ما أرسله الله به7
(Allah berkata pada hamba dan rasulnya yaitu Muhammad SAW dengan konteks kerisalahan dan memerintahkan untuk menyampaikan seluruh yang datang dari Allah)
Bagi nabi tugas ini sangat berat karena merupakan tanggung jawab dunia akherat. Saking beratnya perintah ini, dalam peristiwa “haji wada”, nabi sekali lagi menegaskan tentang tugas beliau yang telah dipikulkan padanya. Ini artinya sebuah perintah harus dipertangggungjawabkan. Bagi seorang guru pada akhir tugas pembelajaran harus ada pertanggungjawaban sehingga diketahui oleh public atau masyarakat umum. Kisah ini diceritakan sangat indah oleh Ibnu Katisr dalam menafsirkan Surat Al-Maidah ayat 67 ini. Beliau menguraikan :
قال الزهري من الله الرسالة وعلى الرسول البلاغ وعلينا التسليم وقد شهدت له أمته بإبلاغ الرسالة وأداء الأمانة واستنطقهم بذلك فى أعظم المحافل في خطبته يوم حجة الوداع وقد كان هناك من أصحابه نحو من أربعين ألفا كما ثبت في صحيح مسلم عن جابر بن عبد الله أن رسول الله – صلى الله عليه وسلم – قال في خطبته يومئذ:”ياأيها الناس إنكم مسئولون عني فما أنتم قائلون؟ قالوا نشهد أنك قد بلغت وأديت ونصحت فجعل يرفع أصبعه إلى السماء منكسها إليهم ويقول اللهم هل بلغت 8
Pada awalnya Nabi merasa takut untuk menyampaikan risalah kenabian. Namun karena ada dukungan lansung dari Allah maka keberanian itu muncul. Dukungan dari Allah sebgai pihak pemberi wewenang menimbulkan semangat dan etos dakwah nabi dalam menyampaikan risalah. Nabi tidak sendirian, di belakangnya ada semangat “Agung”, ada pemberi motivasi yang sempurna yaitu Allah SWT. Begitu pun dalam proses pembelajaran harus ada keberanian, tidak ragu-ragu dalam menyampaikan materi. Sebab penyampaian materi sebagai pewarisan nilai merupakan amanat agung yang harus diberikan. Bukankah nabi berpesan ; “yang hadir hendaknya menyampaikan kepada yang tidak hadir” . Sehingga Allah berfirman sebagai penegasan dukungan keselamatan :
وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ = Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia
Imam AL-Qurtubi memperjelas dalam konteks kerisalahan nabi sebagai rasul. Beliau mengungkapkan sebab rasul tidak berani menyampaikan risalah kenabian secara terang-terangan. Beliau menulis dalam tafsirnya :
قيل: معناه أظهر التبليغ; لأنه كان في أول الإسلام يخفيه خوفا من المشركين, ثم أمر بإظهاره في هذه الآية, وأعلمه الله أنه يعصمه من الناس. 9
Arti “baligh” menurut Imam Al-Qurtubi lebih menampakan pada proses penyampaian amanah kapada masyarakat. Karena di awal penyebaran agama Islam nabi khawatir kepada orang-orang musyrik Makkah. Kemudian Allah memerintahkan untuk menampakan kerisalahan tersebut dengan diturunkannya ayat ini. Dan Allah memberitahu kepada nabi bahwa Allah akan menjaga keselamatannya. Bahkan bila nabi tidak menyampaikan ayat, menyembunyikan risalah dan amanat tersebut maka nabi dikatakan sebagai orang yang “kadzab”, berdusta.[7]
Dalam Al-Qur’an banyak memuat istilah-istilah komunikasi sebagai salah satu metode pembelajaran. Istilah-istilah tersebut adalah ; Qaulan sadidan (QS 4 : 9), Qaulan maysuran (QS 17 : 28), Qaulan Layinan (QS 20 : 44), Qaulan kriman (QS 17 : 23), Qaulan Mau’rufan ( QS 4 : 5 ) dan istilah ” Qaulan Balighon” ( Qs 4 : 63 ).[8]
Kata Qaulan Balighan di dalam Al-qur’an terdapat pada surat An-Nisaa ayat 63. Ayat ini mengisyaratkan mengenai prinsip-prinsip komunikasi sebagai sarana pembelajaran dan menyampaikan amanah. Ayat tersebut adalah :
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلًا بَلِيغًا(63)
Artinya : Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka[9].
Kata “Baligh” dalam bahasa Arab atinya sampai, mengenai sasaran, atau mencapai tujuan. Bila dikaitkan dengan qawl (ucapan), kata balig berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki. Karena itu prinsip qaulan balighan dapat diterjemahkan sebgai prinsip komunikasi yang effektif. Komunikasi yang efektif dan efisien dapat diperoleh bila memperhatikan pertama, bila dalam pembelajaran menyesuaikan pembicaranya dengan sifat khalayak. Istilah Al-Quran “fii anfusihiim”, artinya penyampaian dengan “bahasa” masyarakat setempat. Hal yang kedua agar komunikasi dalam proses pembelajaran dapat diterima peserta didik manakala komunikator menyentuh otak atau akal juga hatinya sekaligus[10].
Tidak jarang di sela khotbahnya nabi berhenti untuk bertanya atau memberi kesempatan yang hadir untuk bertanya, terjadilah dialog. Khutbah nabi pendek tetapi padat penuh makna sehingga menyentuh dalam setiap sanubari pendengarnya.
2. Surat An-Nahl ayat 125
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِين
a. Mufrodat
ادْعُ = Serulah (manusia)
إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ = kepada jalan Tuhanmu
بِالْحِكْمَةِ = dengan hikmah
وَالْمَوْعِظَةالْحَسَنَةِ = dan pelajaran yang baik
وَجَادِلْهُمْ = bantahlah mereka
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ = dengan cara yang baik
إِنَّ رَبَّكَ = Sesungguhnya Tuhanmu
هُوَ أَعْلَمُ = Dialah yang lebih mengetahui
بِمَنْ ضَلَّ = tentang siapa yang tersesat
عَنْ سَبِيلِهِ = dari jalan-Nya
وَهُوَ أَعْلَمُ = Dialah yang lebih mengetahui
بِالْمُهْتَدِينَ = orang-orang yang mendapat petunjuk
b. Artinya
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
c. Makna Jumal
Makna umum dari ayat ini bahwa nabi diperintahkan untuk mengajak kepada umat manusia dengan cara-cara yang telah menjadi tuntunan Al-Qur’an yaitu dengan cara Al-hikmah, Mauidhoh Hasanah, dan Mujadalah. Dengan cara ini nabi sebagai rasul telah berhasil mengajak umatnya dengan penuh kesadaran. Ketiga metode ini telah mengilhami berbagai metode penyebaran Islam maupun dalam konteks pendidikan.
Proses serta metode pembelajaran dan pengajaran yang berorientasi filsafat lebah (An-Nahl) berarti membangun suatu sistem yang kuat dengan “jaring-jaring” (networking) yang menyebar ke segala penjuru. Analogi ini bisa menyeluruh ke peserta didik, guru, kepala sekolah, wali murid, komite sekolah dan instasi lain yang terkait. Sehingga menjadi komponen pendidikan yang utuh, menjadi satu sistem yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain.
d. Pembahasan
Pada awalnya ayat ini berkaitan dengan dakwah Rasulullah SAW. Kalimat yang digunakan adalah fiil amr “ud’u” (asal kata dari da’a-yad’u-da’watan) yang artinya mengajak, menyeru, memanggil[11]. Dalam kajian ilmu dakwah maka ada prinsip-prinsip dalam menggunakan metode dakwah yang meliputi hikmah, maudhoh hasanah, mujadalah. Metode ini menyebar menjadi prinsip dari berbagai system, berbagai metode termasuk komunikasi juga pendidikan. Seluruh dakwah, komunikasi dan pendidikan biasanya merujuk dan bersumber pada ayat ini sebagai prinsip dasar sehingga terkenal menjadi sebuah “metode”.
Secara etimologi metode berasal dari bahasa Greeka, yaitu “Metha” artinya melalui atau melewati dan “Hodos” artinya jalan atau cara[12].Dalam kajian keislaman metode berarti juga “Thoriqoh”[13], yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Dengan demikian metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Adapun secara terminologi, para ahli pendidikan mendefinisikan metode sebagai berikut :
1)               Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
2)              Abd. Al – Rahman Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
3)              Ahmad Tafsir mendefinisikan metode mangajar adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan mata pelajaran.[14]
Ada beberapa landasan dasar dalam menentukan metode yang tepat dalam mengajar diantaranya diulas oleh Abu Ahmadi, beliau mengatakan bahwa landasan untuk pemilihan metode ialah :
a)                        Sesuai dengan tujuan pengajaran agama.
b)        Sesuai dengan jenis-jenis kegiatan.
c)        Menarik perhatian murid.
d)       Maksud metodenya harus dipahami siswa.
e)         Sesuai dengan kecakapan guru agama yang bersangkutan[15].
Dalam tafsir Al-Maroghi dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW dianjurkan untu meniru Nabi Ibrohim yang memiliki sifat-sifat mulia, yang telah mencapai puncak derajat ketinggian martabat dalam menyampaikan risalanya[16].
Allah berfirman :
ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif.” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Dalam surat An-Nahl (lebah) ayat 125 ini, terdapat tiga prinsip dalam implementasi metode penyampaian (dakwah, pembelajaran, pengajaran, komunikasi dan sebagainya) yaitu ;
1.                        Al-Hikmah
Dalam bahasa Arab Al-hikmah artinya ilmu, keadilan, falsafah, kebijaksanaan, dan uraian yang benar[17]. Al-hikmah berarti mengajak kepada jalan Allah dengan cara keadilan dan kebijaksanaan, selalu mempertimbangkan berbagai faktor dalam proses belajar mengajar, baik faktor subjek, obyek, sarana, media dan lingkungan pengajaran. Pertimbangan pemilihan metode dengan memperhatikan audiens atau peserta didik diperlukan kearifan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal.
Imam Al-Qurtubi menafsirkan Al-hikmah dengan “kalimat yang lemah lembut”. Beliau menulis dalam tafsirnya :
وأمره أن يدعو إلى دين الله وشرعه بتلطف ولين دون مخاشنة وتعنيف, وهكذا ينبغي أن يوعظ
لمون إلى يوم القيامة 21
Nabi diperintahkan untuk mengajak umat manusia kepada “dienullah” dan syariatnya dengan lemah lembut tidak dengan sikap bermusuhan. Hal ini berlaku kepada kaum muslimin seterusnya sebagai pedoman untuk berdakwah dan seluruh aspek penyampaian termasuk di dalamnya proses pembelajaran dan pengajaran. Hal ini diinspirasikan dari ayat Al-Qur’an dengan kalimat “qaulan layinan”. Allah berfirman :
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى(44
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.
Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar manakala ada interaksi yang kondusif antara guru dan peserta didik. Komunikasi yang arif dan bijaksana memberikan kesan mendalam kepada para siswa sehingga “teacher oriented” akan berubah menjadi “student oriented”. Guru yang bijaksana akan selalu memberikan peluang dan kesempatan kapada siswanya untuk berkembang.
Al-Hikmah dalam tafsir At-Tobari adalah menyampaikan sesuatu yang telah diwahyukan kepada nabi. Ath-Thobari menguraikan :
22يقول بوحى الله الذى يوحيه اليك, وكتابه الذى نزله عليك  بالحكمة )
Hal ini hampir senada dengan Mustafa Al-Maroghi bahwa Al-Hikmah cenderung diartikan sebagai sesuatu yang diwahyukan[18].Demikian pula dalam tafsir Al-Jalalain Al-hikmah diartikan dengan Al-Qura’nul kariem sebagai sesuatu yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. An-Naisaburi menegaskan bahwa yang dimaksud Al-hikmah adalah tanda atau metode yang mengandung argumentasi yang kuat (Qoth’i) sehingga bermanfaat bagi keyakinan. Beliau menulis :
(بالحكمة ) اشارة الى استعمال الحجج القطعية المفيدة لليقين24
Nampak dengan gamblang sebenarnya yang dimaksud dengan penyampaian wahyu dengan hikmah ini yaitu penyampaian dengan lemah lembut tetapi juga tegas dengan mengunakan alasan-dalil dan argumentasi yang kuat sehingga dengan proses ini para peserta didik memiliki keyakinan dan kemantapan dalam menerima materi pelajaran. Materi pembelajaran bermanfaat dan berharga bagi dirinya, merasa memperoleh ilmu yang berkesan dan selalu teringat sampai masa yang akan datang.
2.                        Mauidzah Hasanah
Mauidzah hasanah terdiri dari dua kata “al-Maudzah dan Hasanah”. Al-mauidzah dalam tinjauan etimologi berarti “pitutur, wejangan, pengajaran, pendidikan, sedangkan hasanah berarti baik. Bila dua kata ini digabungkan bermakna pengajaran yang baik. Ibnu Katsir menafsiri Al-mauidzah hasanah sebagai pemberian peringatan kepada manusia, mencegah dan menjauhi larangan sehingga dengan proses ini mereka akan mengingat kepada Allah. Ibnu Katsir menulis sebagai berikut :
والموعظة الحسنة أي بما فيه من الزواجر والوقائع بالناس ذكرهم بها ليحذروا بأس الله تعالى25
At-Thobari mengartikan mauidzah hasanah dengan “Al-ibr al-jamilah” yaitu perumpamaan yang indah bersal dari kitab Allah sebagai hujjah, argumentasi dalam proses penyampaian.[19] Pengajaran yang baik mengandung nilai-nilai kebermanfaatan bagi kehidupan para siswa. Mauidzah hasanah sebagai prinsip dasar melekat pada setiap da’i (guru, ustadz, mubaligh) sehingga penyampaian kepada para siswa lebih berkesan. Siswa tidak merasa digurui walaupun sebenarnya sedang terjadi penstranferan nilai.
Al-Imam Jalaludin Asy-Syuyuti dan Jalaludin Mahali mengidentikan kata “Al-Mauidah” itu dengan kalimat مواعظه أو القول الرقيق artinya perkataan yang lembut[20]. Pengajaran yang baik berarti disampaikan melalui perkataan yang lembut diikuti dengan perilaku hasanah sehinga kalimat tersebut bermakna lemah lembut baik lagi baik.
Dengan melalui prinsip mauidzoh hasanah dapat memberikan pendidikan yang menyentuh, meresap dalam kalbu. Ada banyak pertimbangan (multi approach) agar penyampaian materi bisa diterima oleh peserta didik diantaranya : a).Pendekatan Relegius, yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk relegius dengan bakat-bakat keagamaan. Metode pendidikan Islam harus merujuk pada sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits, b). Dasar Biologis, pertumbuhan jasmani memegang peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan, c).Dasar Psikologis, metode pendidikan Islam bisa effektif dan efesien bila didasarkan pada perkembangan psikis meliputi motivasi, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat-bakat dan kecakapan akal intelektual, d). Dasar Sosiologis, pendekatan social interaksi antar siswa, guru dengan siswa sehingga memberikan dampak positif bagi keduanya.
3.           Mujadalah
Kata mujadalah berasal dari kata “jadala” yang makna awalnya percekcokan dan perdebatan28. Kalimat “jadala” ini banyak terdapat dalam Al-Qur’an diantaranya dalam surat Al-Kahhfi ayat 54 وَكَانَ الْإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلً)), dalam surat Az-Zukhruf ayat : 56, (َقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ). Kalimat “jadala” dengan berbagai variasinya juga bertebaran dalam Al-Qur’an, seperti pada surat (2:197), (4:107,109), (6:25, 121), ( 7 : 71), ( 11:32,74), (13:13), (18:54,56(, (22:8,68), (29:46), (31;20), (40 :4,5,32,56,69), 24:35), (43:58), (58:1). Bahkan ada surat yang bernama “Al-Mujaadilah” ( perempuan-perempuan yang mengadakan gugatan)
Mujadalah dalam konteks dakwah dan pendidikan diartikan dengan dialog atau diskusi sebagai kata “ameliorative” berbantah-bantahan. Mujadalah berarti menggunakan metode diskusi ilmiyah yang baik dengan cara lemah lembut serta diiringi dengan wajah penuh persahabatan sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT[21]
Hal senada juga disampaikan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirmya bahwa mujadalah ini adalah cara penyampaian melalui diskusi dengan wajah yang baik kalimat lemah lembut dalam berbicara, seperti firman Allah :
“ولا تجادلوا أهل الكتاب إلا بالتي هي أحسن إلا الذين ظلموا منهم” الآية
فأمره تعالى بلين الجانب كما أمر به موسى وهارون عليهما السلام حين بعثهما إلى فرعون في قوله “فقولا له قولا لينا لعله يتذكر أو ي خشى30″.
Metode penyampaian ini dicontohkan oleh Nabi Musa dan Nabi Harun ketika berdialog-diskusi dan berbantahan dengan Fir’aun. Sedangkan hasil akhirnya dikembalikan kepada Allah SWT. Sebab hanya Allahlah yang mengetahui orang tersebut mendapat petunjuk atau tidak.Metode diskusi yaitu cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan, menganalisa guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan masalah. Dalam kajian metode mengajar disebut metode “hiwar” (dialog). Diskusi memberikan peluang sebesar-besarnya kepada para siswa untuk mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya kemudian dipadukan dengan pendapat siswa lain. Satu sisi mendewasakan pemikiran, menghormati pendapat orang lain, sadar bahwa ada pandapat di luar pendapatnya dan disisi lain siswa merasa dihargai sebagai individu yang memiliki potensi, kemampuan dan bakat bawaannya.
An-Naisaburi memberikan ilustrasi bahwa mujadalah itu adalah sebuah metode “أي بالطريقة”. Diskusi (mujadalah) tidak akan memperoleh tujuan apabila tidak memperhatikan metode diskusi yang benar, yang hak sehingga diskusi jadi “bathal” tidak didengarkan oleh mustami’in[22].
Metode mujadalah lebih menekankan kepada pemberian dalil, argumentasi dan alasan yang kuat. Para siswa berusaha untuk menggali potensi yang dimilikinya untuk mencari alasan-alasan yang mendasar dan ilmiyah dalam setiap argumen diskusinya. Para guru hanya bertindak sebagai motivator, stimulator, fasilitator atau sebagai instruktur. Sistem ini lebih cenderung ke “Student Centre” yang menekankan aspek penghargaan terhadap perbedaan individu para peserta didik (individual differencies) bukan “Teacher Centre”.
                                             I.                      PENUTUP
Al-Quran sebagai sumber segala sumber pedoman menjadikannya inspirator yang sangat kental dalam setiap gerak pemikiran umat Islam. Dalam berbagai bidang masyarakat muslim yang relegius akan selalu merujuk kepada wahyu sebagai firman Tuhan yang disampaikan melaluinya nabi-NYA.
Pendidikan merupakan salah satu sendi dalam beragama. Ajaran Islam bisa bertahan sampai saat ini salah satunya karena ada proses pendidikan disamping dakwah tentunya. Islam berkambang dan hidup mencapai masa keemasan (Islam Kalsik) karena ada tradsisi ilmiyah, tradisi intelektual dengan semangat mengamban amanat suci menyebarkan ajaran Islam ke penjuru dunia. Para da’i yang menyebar ke seluruh penjuru dunia tersebut menggunakan Al-Qur’an sebagai pedoman baik dari segi orientasi, tujuan, cara atau metode penyampaian, media dan alat bahkan materi yang terkandung dalam penyampaiannya pun diambil dari Al-Quran.
Dalam surat Al-Maidah ayat 67 mengandung unsur perintah untuk menyebarkan agama Islam sebagai pedoman hidup. Ayat inilah yang memberikan motivasi kepada nabi untuk menyampaikan risalah kenabian. Ada ungkapan “Sampaikan ajaran Islam ini walaupun satu ayat”. ( بلغوا عنى ولو اية). Walaupun pada awalnya nabi merasa khawatir kepada kaum musyrikin Makkah namun karena ada dorongan dan perintah Tuhan (dan Tuhan telah memberikan jaminan keselamatan) maka nabi dengan keberanian menyampaikan risalah kenabian tersebut kepada umatnya.
Dalam menyampaikan risalah tersebut Nabi Muhammad SAW memperoleh pedoman yang sangat berharga yaitu berupa prinsip-prinsip dasar dalam metode menyampaikan materi ajaran Islam yang tercantum dalam surat An-Nahl ayat 125. Ayat ini memuat tentang prisnsip-prinsip berdakwah ( mengajar, mendidik ) yang terdiri dari Al-Hikmah (arif-bijaksana bersumber dari Al-Qur’an), Maudzoh Hasanah (perkataan yang baik, lemah lembut) dan Mujadalah (diskusi, dialog bila perlu berdebat ).
Prinsip dasar ini berkembang menjadi beberapa inspirasi dalam konteks kekinian baik dalam bidang dakwah, komunikasi, public relition, pendidikan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan interaksi sesama manusia. Pendidikan sebagai salah satu bagian dari dakwah yaitu mengajak manusia dalam hal kebaikan dan mencegah keburukan tidak terlepas dari penggunaan beberapa prinsip tersebut di atas. Sehingga peserta didik bisa mendapatkan ilmu serta terjadi perubahan tingkah laku yang diharapkan dari setiap proses kegiatan belajar


[1]  Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, ( Bandung : Remaja Rosda Karya, 1992), hlm. 131
[2] Untuk memudahkan penerjemahan dan standarisasi pemahaman lihat dan bandingkan dengan Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya ;Dengan Transliterasi, ( Semarang : Karya Toha puta, tt), hlm. 221-222
[3] K.H.Qamaruddin Shaleh DKK, Asbabun Nuzul ; Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an, ( Bandung : CV. Diponegoro , 1992), hal.189
[4] Ibid. Untuk lebih jelasnya, baca lebih jauh Asbabun Nuzul Surat Al-Maidah ini dalam halaman 189–191. Di sini banyak riwayat yang menjelaskan sebab-sebab turunnya ayat ini dengan berbagai versinya. Termasuk cerita ketika nabi sedang istirahat berteduh di bawah pohon, pedang beliau digantungkan di pohon. Maka datanglah seorang laki-laki dan mengambil pedang tersebut sambil berkata : Siapa yang menghalangi Engkau dariku wahai Muhammad ?. Nabi bersabda : Allah yang akan melindungiku dari godaanmu. Ketika pedang itu diletakannya kembali maka turunlah ayat ini ( S.5 : 67 ) yang menegaskan jaminan keselamatan jiwa Rasulullah dari tangan usil manusia.
[5] Al-Imamul Jalalain, Tafsir Al-Quranul Adzim, ( Indonesia, Maktabah Dar ihya al-kutub al-arabiyah, tt), hlm. 104. Kitab tafsir ini terkenal dengan nama tafsir “Jalalain”, artinya dua Jalal. Yang dimaksud dengan dua Jalal adalah nama tokoh ilmuwan Islam dalam bidang tafsir yaitu Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Mahalli dan Jalaluddin Abdurahaman ibn Abi bakr Asy-Syuyuti. Di pesantren kitab tafsir ini menjadi salah satu kitab tafsir wajib yang harus dipelajari bagi setiap santri ( menjadi kontens kurikullumnya pesantren)
[6] Ibid.
[7] Ibid. من حدثك أن محمدا صلى الله عليه وسلم كتم شيئا من الوحى فقد كذب; والله تعالى يقول: “يا أيها الرسول بلغ ما أنزل إليك من ربك وإن لم تفعل فما بلغت رسالته” وقبح الله الروافض حيث قالوا: إنه صلى الله عليه وسلم كتم شيئا مما أوحى إليه كان بالناس حاجة إليه.

[8] Jalaludin Rahmat, Islam Aktual, ( Bandunng : Mizan, 1992 ), hlm. 77.
[9] Bandingkan dengan terjemahan Al-Qur’an Departemen Agma RI., Op., Cit. hlm. 163

[10] Jalaudin Rahmat Op., Cit., hlm. 78
[11] Faisal Ismail, Dakwah pembangunan ; Metodologi Dakwah, ( Yogyakarta : Penerbit Prop. DIY, 1992), hlm. 199

[12]  Abu Ahmadi, Metodik Pengajaran (Bandung : Pustaka Setia, 1985), hlm. 9
[13] Ramayulis, Pendidikan Agama Islaam ( Jakarta : Kalam Mulia, 2006), hlm. 184
[14] Ibid., hlm. 184-185
[15] Abu Ahmadi., Op Cit., hal 104
[16] Ahmad Mustofa Al-Maroghi, Tafsir Al-Maroghi, (terjemah), ( Semarang : Toha Putra, 1987), hlm. 289
[17] Husen Al-Habsy, Kamus Arab Lengkap, ( Bangil : YAPPI, 1989), hlm. 64

[18] . Al-Mustofa Al-Maroghi, Loc.Cit,

[19] Ath-Thobari, Loc. Ci.

[20] Jalaludin Asy-Syuyuti daan Jalaluddin Mahalli, Loc., Cit.

[21] Ibnu Katsir., Loc.,Cit.
[22] An-NAisaburi, Loc., Cit.